Tips agar terhindar dari Modus penipuan Sosial media
Mungkin penyebabnya adalah SDM rendah, sumber pemahaman warga masih lebih rendah pada masa perpindahan teknologi ke digital. Rata-rata warga lebih sering kena tipu terlebih dahulu, baru mereka akan berhati-hati.
Aku sudah banyak mengingatkan pengguna medsos agar selalu berhati-hati dalam setiap transaksi. Jaman serba digital sekarang siapapun bisa menjadi penipu, dan pelaku kejahatan yang merugikan.
Mengingat begitu mudahnya mengakses sumber keuangan karena sudah ada E-Wallet, dan Bank DIgital. Uniknya, korban yang kena tipu justru diam saja dengan perlakuan tersebut. Dan kejadian terus berlanjut, rata-rata penipu akan terus mengincar koerban baru yang akan datang.
Dari sekian banyak modus yang aku temui, modus yang paling silent dan sulit di bedakan adalah penipuan dengan menggunakan sistem jasa atau menjual produk palsu. Bahkan saking kayanya si penipu, bahkan mereka mampu menyewa jasa pressrelease untuk mempromosikan jasa mereka.
Sedikit informasi, jasa pressrelease adalah metode promosi dengan menempatkan artikel berbayar di media nasional seperti kompas, detik, centerklik, tribunnews. Artikel berbayar ini tidak di jual oleh media nasional, tapi di perjual belikan secara ilegal oleh penulis/jurnalis media.
Operasi senyap seperti membangun kelas les private artikel instan, les private shopee affiliate, atau blog. Bisnisnya sama seperti ponzi, mengumpulkan lebih banyak member sampai ratusan dengan harga yang murah.
Sementara tahap proses member lama mungkin akan mendapatkan materi, sebenarnya materi tersebut adalah gratis, dan tersedia banyak di Google. Tapi karena warga kita pengetahuanya rendah jadi malas mencari.
Setelah jumlah member banyak, ada kemungkinan pembimbing les private akan meninggalkan grup dengan cara tutup akun. Tutup akun adalah metode mereka sekaligus menghilangkan jejak digital.
Dan pada bulan berikutnya setelah isu kena tipu mereda, muncul kembali dengan akun baru dan strategi baru. Umumnya penipu menyasar kaum ibu-ibu, atau remaja perempuan. Karena mereka paham, kalau perempuan itu kalau belanja gak pake hitungan soal uang.
Gea sudah bikin blog sejak tahun 2020, sudah lama jadi silent reader di berbagai grup blogger. Hampir setiap hari ada kasus penipuan, dan pelaku masih saja berkeliaran mencari korban lain.
Untuk modus kelas affiliate memang gak bisa di cegah banget, sudah beberapa kali aku peringatin jangan join kelas murahan. Apalagi harganya 250rb-450rb dan mentornya juga tidak punya akun Youtube alias tidak populer.
Mentor akun palsu, pake gambar orang lain, masih ada yang percaya. Ilmu yang di ajarkan juga ilmu murahan, tersedia banyak kok di Google. Tapi sih sudah bosen buat mengingatkan sesama manusia, biarkan mereka menjadi korban.
Mungkin bagi kalian yang membaca artikel ini beruntung bisa memahami apa yang aku jelaskan, pokonya jangan tertarik dengan kelas-kelas berbayar apalagi mentornya tidak populer.
Minimal punya akun Youtube, atau tiktok, bisa live atau zoom meting baru di sebut sebagai kelas profesional, tidak menipu. Tapi ya namanya kualitas sdm dan pola pikir rendah ya begitu. Harusnya kita bersyukur dengan adanya hal ini, kenapa?
Karena sifat warga indonesia itu beda, begitu mereka kaya, punya banyak uang, otomatis jumlah belanjanya tinggi. Dan tentu saja akan menambah jumlah angka inflasi di negara kita. Memang seharusnya meraka tidak kaya, biarin buang-buang waktu membeli produk sampah.